English French German Spain Italian Dutch Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

Jumat, 03 September 2010

RI Pesan 12 Kapal Selam

Australia Dingin Tanggapi Kerja Sama Militer RI-Rusia

JAKARTA -- Tawaran paket senjata yang dibawa Presiden Rusia Vladimir Putin ke
Jakarta akan menjadi jawaban atas lemahnya pertahanan Indonesia. Salah satu
mesin tempur yang diprioritaskan oleh militer Indonesia adalah kapal selam
canggih jenis Kilo Class.Dengan mempunyai kapal selam itu, diyakini kekuatan RI
disegani di kawasan Asia Pasifik.

Kepala Dinas Penerangan TNI-AL Laksma TNI Sugeng Darmawan mengungkapkan, TNI
Angkatan Laut berencana membeli 12 kapal selam dari Rusia. Rencana itu bagian
dari proyek senjata hingga 2024. Dua di antara kapal yang dipesan itu termasuk
dalam paket pembelian senjata senilai USD 1 miliar yang telah diteken Presiden
SBY.

Dijelaskan Sugeng, kapal selam merupakan alat strategis untuk mengamankan
wilayah perairan. Di wilayah timur Indonesia, katanya, perairannya dalam dan
terbuka sehingga memungkinkan kapal-kapal asing, termasuk kapal selamnya,
memasuki wilayah Indonesia. "Saya kira, kalau kita mempunyai kapal selam yang
cukup banyak, negara-negara lain akan memperhitungkan kekuatan kita," ujarnya.

Saat ini, TNI-AL memiliki dua kapal selam eks Jerman Timur, yakni KRI Cakra dan
KRI Nenggala. Cakra dibuat pada 25 November 1977 dan bergabung dalam jajaran
Kapal Republik Indonesia (KRI) pada 19 Maret 1981.

Nenggala dibuat pada 14 Maret 1978 dan mulai bergabung dalam jajaran KRI pada 6
Juli 1981. Nenggala ditempatkan di Pangkalan Komando Armada TNI-AL Wilayah
Timur dan masih dapat dioperasikan walaupun sedang menjalani perawatan.

Fungsi kapal selam bagi TNI-AL sangat vital. Bahkan, pada saat latihan perang
Armada Jaya XXV pada 2005, satu kapal selam asing diketahui membayang-bayangi
di perairan Sulawesi.

Di laut terdapat lapisan yang menyulitkan pendeteksian adanya kapal selam.
Kapal selam yang merasa sudah terdeteksi bisa pindah ke lapisan lebih dalam
sehingga TNI-AL kehilangan jejaknya.

Adanya kapal selam yang mengikuti latihan tempur TNI-AL itu memang sudah biasa
terjadi. "Bahkan, bisa dikatakan, setiap latihan kami diikuti kapal selam,"
ujarnya. Kepala selam itu, kata dia, diketahui dari pantulan sonar.

Sejumlah anggota DPR juga antusias dengan tawaran Putin. Anggota Komisi I
(Bidang Pertahanan dan Militer) DPR Deddy Djamaluddin Malik meminta Dephan
segera membentuk tim untuk mengawasi pengadaannya. Dia menginginkan Dephan
memprioritaskan kapal selam.

"Harus ditindaklanjuti dengan profesional. Kapal selam, misalnya. Itu sangat
penting untuk mengamankan perairan Indonesia, terutama di batas-batas terluar,"
katanya kemarin. Politikus PAN itu menilai, langkah Dephan memilih kapal selam
jenis kilo sudah tepat.

Itu merupakan kapal selam diesel Rusia yang berteknologi paling senyap. "Tapi,
tetap harus dicek lagi bagaimana spesifikasinya, sesuai perjanjian atau tidak.
Jangan sampai kita membeli kucing dalam karung, harus fungsional," kata Deddy,
yang berasal dari daerah pemilihan (dapil) Jawa Barat.

Selama ini, kata dia, persenjataan yang menjadi prioritas seakan-akan hanya
untuk TNI Angkatan Darat. "Jangan sampai muncul kesenjangan. Apalagi dalam
kondisi anggaran pertahanan yang terbatas seperti sekarang," ujarnya.

Dihubungi secara terpisah, Kepala Biro Humas Departemen Pertahanan Brigjen TNI
Edy Butar-Butar menjelaskan, negosiasi pengadaan sekarang berada di tangan
Departemen Keuangan. "Untuk urusan keuangan, kan memang di sana," katanya malam
tadi.

Menurut mantan atase pertahanan untuk Papua Nugini itu, pengadaan senjata
menggunakan state kredit Rusia dan dilakukan secara bertahap. "Tidak bisa
sekaligus," katanya.

Reaksi Australia
Langkah Indonesia membeli senjata dari Rusia ditanggapi dingin Menlu Australia
Alexander Downer. Menurut dia, keputusan Indonesia membeli persenjataan modern
tidak menjadi ancaman bagi negerinya.

Downer menganggap, sudah saatnya Indonesia memperkuat perlengkapan militer yang
mulai tua dan lemah. "Tidak masalah karena Australia juga berencana membeli
senjata dari Eropa dan Amerika Serikat," katanya.

Menurut Downer, cara pandang yang digunakan berbeda dengan saat Perang Dingin.
"Saya tidak berpikir bahwa Uni Sovyet (sebelum pecah dan menjadi banyak negara,
salah satu di antaranya Rusia) tengah mengembangkan wilayah strategis. Saya
hanya memikirkan jenis perlengkapan yang dijual Rusia. Rupanya, perlengkapan
itu cukup bagus," jelasnya.

Presiden Putin saat bertransaksi senjata itu menjelaskan bahwa tidak ada alasan
untuk tidak menjual senjata ke Indonesia. "Ini semua transaksi yang legal dan
terbuka. Ini tidak akan mengakibatkan efek negatif pada dunia," tegasnya.

Walaupun pemerintah Australia dingin, Hugh White, kepala Pusat Studi Strategis
dan Pertahanan Australian National University, menyatakan bahwa pembelian kapal
selam itu akan memberikan "komplikasi signifikan" kepada perencanaan AL
Australia. Langkah tersebut dinilai menjadi pantulan atas ancaman nyata kepada
kapal perang Australia.

"Itu adalah kapal konvensional Rusia yang berkualitas paling tinggi yang akan
secara signifikan meningkatkan kemampuan Indonesia. Itu sangat signifikan bagi
Australia; jika mereka punya konflik dengan Indonesia, kapal selam-kapal selam
tersebut bakal membuat komplikasi masif atas penggunaan kapal perang
Australia.

1 komentar:

  1. mantap sob informasinya ...

    Mudah2an cepat realisasi biar kita semakin jaya dilaut, udara dan darat !

    BalasHapus